Pada tahun 1981 Malaysia mengadopsi agenda pembangunan neoliberal untuk membentuk kembali kebijakan pembangunan nasional. Agenda ini melibatkan mendorong korporatisasi dan privatisasi aset negara, menekankan pentingnya sektor swasta dalam berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi asing langsung di badan swasta.
Rencana ini telah mengubah sistem perawatan kesehatan Malaysia menjadi sistem publik dan swasta campuran, di mana sebagian besar perawatan primer dan sekunder disediakan oleh sektor publik dan perawatan tersier oleh swasta. Melalui privatisasi sektor kesehatan, pendanaan publik tidak lagi tersedia, dan dukungan keuangan swasta dari asuransi dan tabungan pribadi menjadi relevan di bawah agenda neoliberal.
Krisis Keuangan Asia pada tahun 1997 memberi pemerintah kesadaran lebih lanjut tentang pentingnya diversifikasi ekonomi. Jadi, dengan menjamurnya banyak institusi kesehatan swasta, pariwisata medis didorong untuk menyebarkan risiko ekonomi. Inisiatif wisata medis bertujuan untuk membantu rumah sakit swasta yang mengalami penurunan jumlah pasien domestik. Biaya farmasi dan pasokan yang lebih tinggi dapat dikelola secara tepat dengan mendorong masuknya pasien asing yang mampu membayar biaya rumah sakit terbaik di Malaysia.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, berbagai lembaga seperti Depkes, Pariwisata Malaysia, Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional, Departemen Imigrasi, APHM dan MATTA terlibat dalam mengembangkan rencana strategis terkait kemitraan publik-swasta. Promosi Wisata Medis di Malaysia dilakukan untuk memperkenalkan Malaysia sebagai pusat keunggulan medis. APHM terutama mengemban tugas sebagai payung profesional untuk mempromosikan dan membantu kerjasama antara Depkes dan swasta.
Namun, beberapa redundansi atau tumpang tindih upaya promosi terjadi antara pihak-pihak yang terlibat, yang menciptakan kebingungan dan membuang sumber daya yang tidak perlu. Akibatnya, Depkes mendirikan MHTC sebagai satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab untuk mempromosikan industri pariwisata medis di Malaysia.
Komitmen pemerintah pusat dan instansi terkait untuk mempromosikan wisata medis di Malaysia menghasilkan pertumbuhan yang signifikan dalam kedatangan wisatawan medis dari 643.000 pada tahun 2011 menjadi 1,2 juta pada tahun 2018. Pertumbuhan ini menghasilkan pendapatan perjalanan medis sebesar USD362 juta pada tahun 2018 dibandingkan dengan USD127 juta pada tahun 2011.
Kardiologi Malaysia, ortopedi, onkologi, neurologi dan layanan kedokteran gigi, di samping meningkatnya permintaan untuk perawatan kesuburan, bedah kosmetik dan layanan rehabilitasi, telah menarik banyak wisatawan medis. Dalam mendefinisikan turis medis, MHTC mengklasifikasikan mereka menjadi dua kelompok: i) pelancong kesehatan (mereka yang datang untuk tujuan medis dan perawatan kesehatan) dan ii) pasien asing (penduduk sementara di Malaysia).
Para peneliti menyoroti banyak faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan medis dalam memilih tujuan medis yang sesuai. Sebagian besar penelitian yang tersedia telah merangkum faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi pengambilan keputusan pasien. Berbagai faktor seperti status sosial ekonomi, akses ke layanan kesehatan di negara asal turis, faktor budaya atau psikologis mempengaruhi keputusan untuk melakukan perjalanan untuk mendapatkan bantuan medis.
Faktor-faktor bervariasi sesuai dengan di mana layanan medis berkisar dari pemeriksaan kesehatan sederhana hingga perawatan non-invasif seperti perawatan gigi hingga prosedur yang lebih invasif dan kompleks seperti operasi ortopedi besar atau operasi jantung.
Daftar tunggu yang panjang untuk perawatan medis adalah alasan umum mengapa turis medis mencari perawatan di luar negara asal mereka. Layanan kesehatan publik seringkali melibatkan waktu tunggu yang lama, memenuhi permintaan di antara pasien untuk perawatan yang cepat dan efektif.
Selain itu, perawatan pemerintah yang tidak diakui sebagai prioritas dan tidak ditanggung oleh asuransi menyebabkan waktu tunggu yang lama dan waktu konsultasi yang terbatas yang juga menimbulkan kekhawatiran akan validitas diagnosis. Daftar tunggu yang panjang, terutama dalam menerima transplantasi organ, pembatasan medis yang kompleks dan biaya tinggi mendorong lebih banyak pasien untuk mencari alternatif pengobatan di luar negeri.
Di antara negara-negara wisata medis, Filipina adalah satu-satunya tujuan yang mempromosikan paket yang menawarkan transplantasi organ lengkap, meskipun ilegal di negara lain. Waktu tunggu yang lama untuk layanan medis umum di negara lain dan kurangnya dukungan asuransi mempengaruhi keberhasilan wisata medis.